Selasa, 18 Oktober 2016
Novel Sekolah Kehidupan 19 Oktober 2016
3. Berjumpa dengan Tie
Gadis langsing berkulit hitam manis, bermata indah itu mendekat, “Perkenalkan, namaku Tie, sesungguhnya menyesali apa yang telah terjadi hanya sebuah kesia-siaan. Aku akan bercerita tentang sebuah sekolah yang lebih berharga dari sekedar sekolah formal, namanya Sekolah Kehidupan. Maukah kau mendengarkannya?”tatap si mata indah bernama Tie itu.
Tika memandang Tie sejenak. Ketulusan yang terpancar dari mata indah gadis yang ada di hadapannya membuatnya tak ragu untuk menganggukkan kepala. Ia menggeserkan duduknya, mempersilahkan Tie duduk di sampingnya.
“Sekolah kehidupan mirip sekolah formal, ada jenjang-jenjangnya.”kata Tie memulai pembicaraan. “Di sekolah formal membutuhkan tingkatan, mulai dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, hingga Sekolah Menengah Atas. Tapi Sekolah Kehidupan merupakan sekolah yang memiliki arti tersendiri. Untuk Sekolah Kehidupan SD berarti Sadar Diri…”lanjutnya.
Tika mendengarkan celoteh Tie dengan lebih serius. “SD itu Sadar Diri? Maksudmu?”
“Begini, mereka yang lulus SD atau Sekolah Kehidupan, memiliki kesadaran baru dalam kehidupan mereka, artinya tiap siswa memperoleh inspirasi melalui pembelajaran yang mereka dapatkan, kemudian mereka menjadi sadar bahwa ada hal-hal yang perlu dan penting untuk masa depan mereka. Memang, mungkin saat ini mereka tidak tahu dan belum mampu untuk melakukannya, tapi layak itu semua diperjuangkan. Kesadaran yang berikutnya adalah pentingnya belajar sebagai sebuah cara penting mengubah masa depan. Mereka sadar bahwa mereka harus bertindak pro-aktif untuk mengatasi ketidaktahuan dan kekurangan diri mereka dan kemudian mereka akhirnya menjadi sadar untuk tidak cepat putus asa dan mau terus belajar,”jelas Tie.
Ucapan Tie yang sarat makna itu membuat Tika mencoba mencari jawaban ke mana arah perkataannya.
“Setelah SD, lanjut ke SMP yang merupakan kepanjangan dari Selalu Menjadi Pembelajar. Hm kau tahu artinya? Ups siapa namamu?”Tatapan Tie tertuju ke bola mata Tika.
“Tika.”
“Yup Tika, kau tahu di abad 21 ini menuntut setiap orang yang ingin sukses harus menjadi pembelajar yang sejati sepanjang hayatnya. Pembelajar sejati memiliki cita-cita atau impian masa depan yang jelas dan mereka bisa belajar dari siapa saja, baik dari majikan mereka, dari teman majikan, dari koran, majalah, internet dan juga televisi. Seorang pembelajar tidak sungkan untuk belajar dari temannya, bahkan dari seorang pelayan di super market pun ketika ia sedang melayani pembeli. Seorang pembelajar dapat mengeksplorasi kehidupan yang dilihatnya sebanyak mungkin. Pengalaman dan peristiwa dalam kehidupan apa pun dan kapan pun, bisa dijadikan sebagai sumber belajar dalam mengarungi kehidupan. Jadi ijasah SMP dari Sekolah Kehidupan bukan berbentuk selembar kertas, namun ratusan atau ribuan kertas yang berisi catatan-catatan pembelajaran yang didapatkan dalam mengarungi kehidupan, semua itu akan tersimpan di dalam hati dan ingatan…”
Tika kian tertarik, ia makin serius menyimak tiap kata yang keluar dari bibir gadis yang ada di hadapannya, ia seperti tengah berhadapan dengan seorang Bhagawan yang tengah berceloteh tentang filsafat kehidupan.
“Kau sudah memiliki ijasah SMP tentang Sekolah Kehidupan?” tanya Tie.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar