Selasa, 16 Agustus 2016
“Saya Ingin Jadi Entreprenur ”
Artikel Minggu 1:
“Saya Ingin Jadi Entrepreneur”
(Antonius Tanan)
“Saya ingin punya usaha sendiri”...itu sebuah kalimat yang kerap kita dengar diucapkan oleh banyak orang. Setiap kali kita bertemu dengan entrepreneur sukses maka hasrat kita untuk jadi seperti dia seakan terpancing dan mulai menyala-nyala. Memang sangat mudah mengucapkan “saya ingin jadi entrepreneur” namun pada kenyataannya tidak mudah melaksanakannya. Bukan berarti menjadi entrepreneur itu mustahil, namun perlu dedikasi, disiplin dan determinasi yang sangat besar untuk sukses jadi seorang entrepreneur. Menjadi entrepreneur sama seperti menjadi seorang montir ahli atau jadi chef yang piawai atau jadi pemusik yang bisa mengajar orang lain, profesi-profesi itu membutuhkan pelatihan untuk meningkatkan diri. Seorang montir ahli tidak begitu saja dapat jadi montir karena memiliki peralatan, seorang chef yang piawai tidak terjadi karena dia punya alat dapur tercanggih, seorang pembalap tidak bisa begitu saja “lahir” gara-gara punya motor balap. Demikian juga dengan menjadi seorang entrepreneur, kita tidak bisa meraih kesuksesan jadi seorang entrepreneur hanya karena punya modal untuk memulai usaha. Modal itu penting tapi tidak menggaransi keberhasilan jadi entrepreneur. Setiap profesi ada latihannya (formal, non formal ataupun informal), setiap sukses pasti ada perjuangannya.
Nah sekarang mungkin ada pertanyaan kenapa ya...ada orang yang bisa jadi entrepreneur sukses walau tidak pernah sekolah atau latihan jadi entrepreneur secara resmi? Orang-orang seperti itu dapat terjadi karena memang lahir di keluarga entrepreneur. Sejak mereka “brojol” dari rahim ibunya sudah terbiasa mendengar obrolan tentang entrepreneurship di rumahnya. Ketika sudah agak besar bermain dan tumbuh kembang diantara barang dagangan. Sudah makin besar bergaul dan berkawan dengan mereka yang sudah berpengalaman ber-entrepreneur dan ketika makin dewasa ia sudah terbiasa ikut bekerja atau berlatih kerja di tempat usaha keluarganya. Anak-anak seperti ini tumbuh kembang di sebuah “sekolah entrepreneur” yang buka 24 jam setiap hari, 7 hari selama satu minggu dan 365 hari dalam setahun yaitu rumahnya sendiri. Ayah, ibu dan orang-orang dewasa yang ia temui di rumahnya adalah para “guru” yang membesarkan dia jadi entrepreneur.
Selain kelompok orang diatas ada juga yang tidak lahir dari keluarga entrepreneur namun bisa jadi entrepreneur karena bergaul dan berkawan erat dengan para entrepreneur. Ayah dan ibu mereka bukan entrepreneur, mereka juga tidak pernah berlatih jadi entrepreneur secara resmi namun toh bisa jadi entrepreneur, bagaimana bisa? Jawabannya adalah pada lingkungan pergaulan di luar rumah yang mereka alami selama masa kecil, remaja dan dewasa. Orang seperti ini telah berhasil menjadikan lingkungan pergaulan luar rumahnya jadi sebuah “sekolah jadi entrepreneur”. Teman dan sahabat yang mereka miliki adalah “pelatih” dan “guru” entrepreneur untuk mereka. Nah apa yang dapat kita pelajari? Paling tidak ada 3 hal yaitu:
1. Kalau anda tidak dilahirkan dari keluarga entrepreneur tidak perlu merasa miris jadi entrepreneur. Entrepreneurship dapat dipelajari untuk mereka yang sangat ingin, sangat termotivasi dan percaya diri, inilah yang dikatakan oleh pak Ciputra seorang pelopor pendidikan entrepreneurship di Indonesia.
2. Kalau anda sekarang belum banyak memiliki pergaulan dengan para entrepreneur maka mulai sekarang perluas pergaulan anda. Perluas jejaring pertemanan anda dengan mereka yang ber-entrepreneur. Jadikan mereka “guru” tempat anda belajar dan bertanya, jadikan pengalaman-pengalaman mereka mutiara-mutiara pembelajaran untuk masa depan kita.
3. Mari memulainya dengan menunjukkan dedikasi, disiplin dan determinasi dalam mengikuti kelas entrepreneurship ini. Ikuti setiap pelajaran dengan aktif dan antusias, kerjakan tugas dengan sepenuh hati dan mari saling berbagi dengan sesama rekan belajar dalam forum atau FB Group.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar